Bukannya saya penganut mistikisme numerologi, atau sekedar gothak-gathuk mathuk..., namun tulisan ini hanya menyitir beberapa ungkapan umum. Beberapa ayat di Kitab Suci menyebutkan:
QS. 2:51-52; "Dan (ingat) saat Kami berjanji pada Musa (memberikan Taurat, sesudah) 40 malam, lalu kamu jadikan anak lembu (sembahanmu) sepeninggalnya dan kamu adalah orang-orang zalim. Lalu sesudah itu Kami ma'afkan kesalahanmu, agar kamu bersyukur."
QS. 5: 25-26; Berkata Musa: “Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkan kami dengan orang-orang fasik itu". Allah berfirman: “(Jika demikian), maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama 40 tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi (padang Tiih) itu. Maka jangan kamu sedih hati (memikirkan nasib) orang-orang fasik itu."
QS. 7:142; "Dan telah Kami janjikan pada Musa (berikan Taurat) sesudah berlalu waktu 30 malam dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan 10 (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya 40 malam. Dan berkatalah Musa pada saudaranya yaitu Harun: “Gantikan aku dalam (memimpin) kaumku dan perbaikilah dan jangan kamu mengikuti jalan orang-orang yang berbuat kerusakan".
QS. 46:15; "Kami perintahkan pada manusia supaya berbuat baik pada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah. Mengandung sampai menyapihnya adalah 30 bulan, sehingga jika ia telah dewasa dan umurnya sampai 40 tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan padaku dan ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan padaku dengan (memberi kebaikan) pada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat pada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri."
Nabi Muhammad Saw menikah pada usia 25 tahun dengan Siti Khadijah, kemudian diangkat menjadi nabi dan rasul pada usia 40 tahun ketika sebelumnya telah intensif berkhalwat di Gua Hira' untuk sebuah proses "pencarian" dan "pencerahan". Beliau wafat pada usia 63 tahun.
Ada ungkapan populer yang menyebutkan bahwa "Kehidupan yang sesungguhnya dimulai pada usia 40 tahun atau life begin at forty".
Secara spiritual, banyak pertimbangan kematangan manusia pada usia ke-40 tahun. Panggilan nurani diri pasti menghendaki manusia mencari identitas dan jati dirinya. Pengalaman batin dan suluk yang dilakukannya, kiranya sudah cukup membuatnya "turun gunung" untuk menyampaikan apa yang telah dialaminya untuk memberikan "pencerahan" bagi yang lain.
Secara emosional, manusia yang telah mempelajari dan mengambil hikmah dari pengalaman hidup selama 40 tahun, seharusnya menjadikannya arif-bijaksana. Rasa ego dan emosi tentunya telah mampu direduksi hingga batas minimal. Kesabaran, kebijaksanaan, syukur, tawakkal, ikhlas dan tawadhu' akan menghiasi hidupnya setelah satu detik melewati usia 40 tahun.
Secara intelektual, pada usia 40 tahun setidaknya merupakan puncak profesionalisme seseorang di bidang apa pun; mulai dari bisnis, birokrasi, ekonom hingga budayawan/seniman sekali pun
Secara sosial, sejak kelahiran Nabi Saw hingga beliau mencapai usia 40 tahun ternyata tidak ada perubahan yang lebih baik dalam arti memakmurkan dan/atau menyejahterahkan umat. Maka Tuhan 'menugaskan' beliau sebagai agent of change. Secara analog, demikian pula dengan kita, jika kondisi sosial sekitar kita semakin dekadensif, tentu sudah waktunya kita harus bergerak secara positif-konstruktif membangun masyarakat kita sendiri. Atau apakah kita masih memelihara ego dengan hanya berkutat menyejahterakan 'keluarga kecil' kita?
Setiap manusia diciptakan oleh Allah Swt memiliki spesialisasi tertentu, siapa pun dia - termasuk saya, Anda, mereka, kita semua. Allah tidak membeda-bedakan stratifikasi mahluknya. Namun, barangsiapa yang jeli membaca tanda-tanda ketuhanan di dalam dirinya dan alam semesta ini, istilah Jawa "eling lan waspada" terhadap setiap gejala sekecil dan selembut apa pun, maka jika terjadi getaran frekuensi batin antara dia dan DIA, pada saat itulah terjadi resonansi ilahiyah... (tanpa perdebatan, silakan Anda mengupayakan dan merasakannya sendiri melalui salah satu pintu ilmu laduni bernama PUASA - periksa kajian mendatang).
Sewaktu saya masih berusia sekitar 20an tahu, saya pernah berujar (semacam nazar), bahwa saya harus "selesai" di usia 40 tahun. Maka dengan selesainya kedua konsep saya inilah (mungkin) maksud dari pernyataan itu... tugas saya tinggal melaksanakannya... dan tugas kami tidak lain hanyalah menyampaikannya dengan jelas (QS. 36:17)
Sering-seringlah "berkomunikasi" dengan Tuhan, karena suatu saat bahkan seringkali pula - karena kita tidak/kurang menyadarinya - bahwa Tuhan selalu menyapa kita dengan cara-Nya sendiri!
========================================================================
QS. 2:51-52; "Dan (ingat) saat Kami berjanji pada Musa (memberikan Taurat, sesudah) 40 malam, lalu kamu jadikan anak lembu (sembahanmu) sepeninggalnya dan kamu adalah orang-orang zalim. Lalu sesudah itu Kami ma'afkan kesalahanmu, agar kamu bersyukur."
QS. 5: 25-26; Berkata Musa: “Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkan kami dengan orang-orang fasik itu". Allah berfirman: “(Jika demikian), maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama 40 tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi (padang Tiih) itu. Maka jangan kamu sedih hati (memikirkan nasib) orang-orang fasik itu."
QS. 7:142; "Dan telah Kami janjikan pada Musa (berikan Taurat) sesudah berlalu waktu 30 malam dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan 10 (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya 40 malam. Dan berkatalah Musa pada saudaranya yaitu Harun: “Gantikan aku dalam (memimpin) kaumku dan perbaikilah dan jangan kamu mengikuti jalan orang-orang yang berbuat kerusakan".
QS. 46:15; "Kami perintahkan pada manusia supaya berbuat baik pada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah. Mengandung sampai menyapihnya adalah 30 bulan, sehingga jika ia telah dewasa dan umurnya sampai 40 tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan padaku dan ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan padaku dengan (memberi kebaikan) pada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat pada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri."
Nabi Muhammad Saw menikah pada usia 25 tahun dengan Siti Khadijah, kemudian diangkat menjadi nabi dan rasul pada usia 40 tahun ketika sebelumnya telah intensif berkhalwat di Gua Hira' untuk sebuah proses "pencarian" dan "pencerahan". Beliau wafat pada usia 63 tahun.
Ada ungkapan populer yang menyebutkan bahwa "Kehidupan yang sesungguhnya dimulai pada usia 40 tahun atau life begin at forty".
Secara spiritual, banyak pertimbangan kematangan manusia pada usia ke-40 tahun. Panggilan nurani diri pasti menghendaki manusia mencari identitas dan jati dirinya. Pengalaman batin dan suluk yang dilakukannya, kiranya sudah cukup membuatnya "turun gunung" untuk menyampaikan apa yang telah dialaminya untuk memberikan "pencerahan" bagi yang lain.
Secara emosional, manusia yang telah mempelajari dan mengambil hikmah dari pengalaman hidup selama 40 tahun, seharusnya menjadikannya arif-bijaksana. Rasa ego dan emosi tentunya telah mampu direduksi hingga batas minimal. Kesabaran, kebijaksanaan, syukur, tawakkal, ikhlas dan tawadhu' akan menghiasi hidupnya setelah satu detik melewati usia 40 tahun.
Secara intelektual, pada usia 40 tahun setidaknya merupakan puncak profesionalisme seseorang di bidang apa pun; mulai dari bisnis, birokrasi, ekonom hingga budayawan/seniman sekali pun
Secara sosial, sejak kelahiran Nabi Saw hingga beliau mencapai usia 40 tahun ternyata tidak ada perubahan yang lebih baik dalam arti memakmurkan dan/atau menyejahterahkan umat. Maka Tuhan 'menugaskan' beliau sebagai agent of change. Secara analog, demikian pula dengan kita, jika kondisi sosial sekitar kita semakin dekadensif, tentu sudah waktunya kita harus bergerak secara positif-konstruktif membangun masyarakat kita sendiri. Atau apakah kita masih memelihara ego dengan hanya berkutat menyejahterakan 'keluarga kecil' kita?
Setiap manusia diciptakan oleh Allah Swt memiliki spesialisasi tertentu, siapa pun dia - termasuk saya, Anda, mereka, kita semua. Allah tidak membeda-bedakan stratifikasi mahluknya. Namun, barangsiapa yang jeli membaca tanda-tanda ketuhanan di dalam dirinya dan alam semesta ini, istilah Jawa "eling lan waspada" terhadap setiap gejala sekecil dan selembut apa pun, maka jika terjadi getaran frekuensi batin antara dia dan DIA, pada saat itulah terjadi resonansi ilahiyah... (tanpa perdebatan, silakan Anda mengupayakan dan merasakannya sendiri melalui salah satu pintu ilmu laduni bernama PUASA - periksa kajian mendatang).
Sewaktu saya masih berusia sekitar 20an tahu, saya pernah berujar (semacam nazar), bahwa saya harus "selesai" di usia 40 tahun. Maka dengan selesainya kedua konsep saya inilah (mungkin) maksud dari pernyataan itu... tugas saya tinggal melaksanakannya... dan tugas kami tidak lain hanyalah menyampaikannya dengan jelas (QS. 36:17)
Sering-seringlah "berkomunikasi" dengan Tuhan, karena suatu saat bahkan seringkali pula - karena kita tidak/kurang menyadarinya - bahwa Tuhan selalu menyapa kita dengan cara-Nya sendiri!
========================================================================
Tidak ada komentar:
Posting Komentar