Selasa, 10 Januari 2012

In Memoriam: Agoes Widjajanto, Kunto Purnomo, Adri...

Madiun, Oktober 2010

SETELAH berhari-hari survey, terakhir di Yogjakarta diiringi erupsi Gunung Merapi, saatnya hendak pulang dari Yogjakarta ke Surabaya via Biting, Ponorogo, Madiun dengan kendaraan dinas. Pada saat di tengah perjalanan - masih di Yogjakarta - tiba-tiba sahabat saya, Agoes Widjajanto, telpon mengabarkan kalau ia sedang di Surabaya dan ingin ketemu saya - biasa untuk sekedar ngobrol sambil minum (ngopi atau ngejuice). Sahabat saya ini teman kuliah di ITS Surabaya 1987-1994. Ia memiliki keluarga dan pekerjaan di Palangkaraya (Kalimantan Tengah) sebagai kontraktor / general superintendant. Kantor induk kontraktornya ada di Surabaya. Setiap kali di Surabaya untuk koordinasi dinas, ia selalu menghubungi saya untuk sekedar ngobrol melepas kangen dan lain-lain. Kami menikmati keakraban sebagai sahabat setiap perjumpaan itu...

Waktu itu, saat kami hendak keluar Yogjakarta dan setelah sahabat saya - Agoes Widjajanto - tahu bahwa kami hendak pulang ke Surabaya lewat Madiun, ia ternyata meniatkan diri pulang ke Madiun sebagai kota kelahiran sekalian menjenguk ibunya yang menempati rumah almarhum suaminya.

Menjelang sore, kami memasuki Madiun. Ada sedikit keanehan saat staf saya (M. Reza Khadafi) koq agak ngotot ingin pulang - mungkin karena terlalu lama survey, merasa jenuh dan ingin segera pulang. Saya melihat sopir (Rahma Rizki Basuki) tampak sangat lelah. Saya pun memutuskan bermalam di Madiun (Hotel Merdeka) sambil lepas kangen dengan sahabat saya, Agoes Widjajanto. Staf saya (Reza), agaknya masih ingin pulang, tetapi saya tetap memutuskan menginap di Madiun, dengan pertimbangan sopir terlalu lelah dan jika dipaksakan kuatir "ada apa-apa" di jalan.

Sekitar jam 18.00, bertemulah saya dengan Agoes Widjajanto di rumahnya (saya pernah ke rumahnya sewaktu kuliah dulu). Ada sedikit keanehan lagi ketika saya melihat ada "kijingan" kecil di depan rumahnya. Saya bertanya ke Agoes, "Ini buat apa, Goes?" Ia menjawab, "Ooo... itu punya home industri tetangga sebelah..." Saya tidak memperhatikan lebih jauh lagi. Keanehan lain, saya memberikan dua kotak bakpia patuk oleh-oleh dari Yogja - sebetulnya satu kotak cukup. Ketika staf saya (Reza) bertanya, saya jawab, "Ntar barangkali malam-malam buat nyangkruk teman/keluarga/tetangga Agoes..."

Agoes naik mobil kami menuju Hotel Merdeka. Sepanjang perjalanan dari rumah Agoes ke hotel terjadi obrolan ringan. Namun ada salah satu obrolan yang "agak aneh lagi", intinya koq Agoes agak jenuh kerja di kontraktor dengan 'berbagai' gesekan macam-macam. Katanya ia ingin buka toko, usaha dan lain-lain. Kami masih menganggapnya sebagai obrolan sekedarnya saja...

Sesampai di hotel dan mandi, kemudian saya dan Agoes keluar makan pecel di warung Sari Murni, konon katanya terkenal di Madiun sebagai Kota Pecel. Obrolan gayeng seputar masa lalu, keluarga dan kesehatan kita masing-masing. Agoes tampak biasa-biasa saja, hanya cerita penyakitnya (saya lupa penyakitnya) beberapa waktu lalu di Kalimantan dengan mengonsumsi pengobatan alternatif buah pohon rotan kalau tidak salah.

Kira-kira setengah jam kami makan di warung, setelah itu saya mengantarkan Agoes pulang ke rumahnya dan saya kembali ke hotel. Selang setengah jam kemudian, dari hotel memberitahukan ada telpon untuk kami. Saya berpikir Agoes masih kangen dan ingin main atau cangkruk'an di hotel. Si penelepon meninggalkan nomer hp di receptionist hotel. Setelah saya telpon nomer tersebut ternyata penelepon yang menghubungi kami adalah tetangga Agoes yang memberitakan bahwa Agoes... terkena serangan jantung dan meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit! Sontak mendadak jantung saya bagai di sambar petir malam itu... Setelah satu jam yang lalu kami bercengkerama bercanda-ria, kini sahabatku itu tiba-tiba meninggal. Lemas badan ini menyangga berita duka tersebut. Salah seorang sahabatku telah tiada dengan mendadak... Saya segera sms teman-teman lain mengabari berita duka tersebut, seperti Dinar, Herman dan Tio...

Sekitar jam 21.00 Sabtu malam Minggu itu, saya dan staf saya (Reza) balik ke rumah Agoes, dan kami sudah menjumpai jasad sahabat saya itu sudah terbujur kaku sedang dimandikan. Saya ambil air wudhu untuk siap-siap ikut menyolatkan. Saya masih sempat melihatnya dimandikan, saya tatap wajahnya dalam-dalam, dada saya terasa bergetar dengan perubahan secepat itu...

Selesai menyolatkan, saya membacakan Yaa Siin dan lain-lain, berdoa untuknya dan keluarganya. Terbayang betapa kagetnya ketika anak-istrinya menerima kabar duka mendadak itu...

Malam itu saya juga banyak mendengar cerita dari ibunya bagaimana saat-saat Agoes menghembuskan nafas terakhirnya di atas pangkuan ibundanya. Sebuah drama kehidupan dari Tuhan yang harus saya terima sebagai pelajaran sangat mendalam hikmahnya. Saya sempat memegang kening sahabat saya yang sudah tertutup jarit batik. Saya pamit kepada ibundanya Agoes, saya mohon maaf tidak bisa mengantar ke tempat pemakamannya besok karena pagi-pagi harus balik ke Surabaya. Saya pamit dengan menjabat dan mencium tangan ibundanya Agoes. (Kemudian saya tahu kalau esok harinya Tio dan Agus Wahjudi bertandang ke Madiun dan sempat mengantarkannya ke peristirahatan terakhir). Selamat jalan sahabatku...

Secara berseloroh pada diri sendiri, seandainya saja kami memutuskan nekat pulang malam itu ke Surabaya dalam kondisi lelah... apakah kematian yang akan menjemput kami di tengah jalan? Wallahu 'alam...

Malam itu di kamar hotel, saya agak susah tidur. Bukannya takut, tapi terbayang-bayang wajah sahabat saya beserta segala kenangan selama kami saling mengenal akrab. Semoga inspirasi kematiannya, doa-doa dari para sahabat dan segala amal baik perbuatannya bisa mengantarkannya di sisi Allah di surga-Nya, amin... 

Salah satu kenangan indah kami dengan Alm. Agoes Widjajanto (1990) 
Salah satu kenangan indah kami dengan Alm. Agoes Widjajanto (1990)
Selain Agoes Widjajanto, ada beberapa teman kami yang sudah meninggal. Di antaranya adalah Kunto Purnomo dan I.G.P Adri (fotonya tidak ada). Saya dan Agoes Widjajanto sempat membantu tugas akhir Adri sekitar tahun 1994an, namun usia Adri tidak bisa lebih panjang untuk menyelesaikan tugas akhirnya...
Salah satu kenangan indah kami dengan Alm. Kunto Purnomo (1990) 
Salah satu kenangan indah kami dengan Alm. Kunto Purnomo (1990)
Beberapa kematian demi kematian inilah yang menginspirasi saya untuk segera introspeksi diri dalam-dalam seperti tertulis di Pendahuluan, serta membuat blog ini sebagai "barang tinggalan" untuk mereka yang berkenan diajak share, untuk teman-teman lain, generasi penerus serta para anak cucu - baik sekedar menjadi bahan bacaan, referensi hingga... (terserahlah buat apa).
========================================================================

1 komentar:

  1. Asalamualaikum bapak teman dari papa saya kunto purnomo saya berterimakasih atas bapak mengingat papa saya dn yang lain bapak saya sayangat terima kasih . Kalau boleh saya ingin berbicara dengan bapak untuk mengingat apa saja yang di lakukan ayah handa di sebelum kematian papa saya kunto purnomo pak

    BalasHapus