Selasa, 10 Januari 2012

In Memoriam: Arief Effendi, Bpk. Koesno (Guru Kesenian) pasca Reuni SMA Trimurti

REUNI adalah salah satu momentum paling membahagiakan bagi sebagian besar anak sekolahan - terutama reuni SMA (entah mengapa aku tak tahu, yang penting hepiii...). Demikian pula kami, para alumnus SMA Trimurti lulusan tahun 1984-1987 yang disingkat Extrim'87. Tanpa banyak cerita - biarlah kami sesama alumni yang menikmati cerita kami. Hanya sepenggal kisah di bawah yang memuat hikmah tersirat...

Sekilas kenangan indah kami di SMA Trimurti Surabaya 1984-1987...
Salah satu momentum bahagia kami.... (1987). Wajah-wajah tanpa beban, kan...?
Eko Aries, Aku, Suryo, Ainurrofiq di ultah 17th Elivia Kartikasari
Acara kumpul-makan dll Kelas I-1
Kelas I-1 SMA Trimurti, Surabaya (1987)
Momentum bahagia kami yang lain di villa Arief Effendi di Batu (1987)
Momentum bahagia kami yang lain di villa Arief Effendi di Batu (1987)

Rapat persiapan reuni para Ekstrim'87 di Restoran Taman Handayani Surabaya beserta koordinasi dengan pihak sekolah;

Dengan Kepala Sekolah sekarang, Bapak Mudjiono




Puncak acara reuni, kembali ke sekolah setelah 24 tahun... (1987 - Maret 2011);




Terima kasih, Guru...
Terima kasih, Guru... (dengan Pak Djoko Sungkowo)
Terima kasih, Guru...

Tali asih ke sekolah via Kepala Sekolah, Bapak Mudjiono





In Memoriam Arief Effendi, Achmad Riyadi dll;

Setelah keriangan reuni telah berlalu beberapa bulan, terdengar kabar bahwa seorang sahabat kami (Arief Effendi) masuk rumah sakit RKZ Surabaya. Sewaktu reuni beliaunya memang tampak sakit, namun nampak ceria ketika bertemu kembali dengan teman-teman lama.

Setelah reuni, aku sempat mampir di SPBU milik Pendik (panggilan akrab Arief Effendi) di Tuban, ketika survey pantura. Beliau masih bekerja di atas sping-bed yang langsung dihampar di lantai, dengan bantuan oksigen dan badan yang semakin mengurus...

Aku bezuk tepatnya lupa, seingatku hari sabtu malam. Setelah masuk ruang ICU, kutatap wajahnya dalam-dalam. Tak cukup kata-kata melampiaskan keindahan kebersamaan kita, Kawan...

Keesokan paginya (hari Munggu), seorang teman mengabarkan bahwa Pendik sudah tidak ada. Aku kembali ke RKZ, mengantarkan jenazah hingga ke rumah duka di Gresikan Surabaya, menyolatinya serta menguburkannya... Selamat jalan, Sahabat, doa kami menyertaimu...

Posisi Duduk, dari kiri ke kanan: Aku, Arief Effendi (alm), ..., Tio, Prasetyadi, ... Noo Faiton
Dari kiri ke kanan: Prasetyadi, ..., ..., saya, Arief Effendi (alm), Hery Kristantiyo

In Memoriam Bapak Guru Suparno, Koesno dll;

Beberapa waktu sebelum reuni, Bapak Parno (Guru Bahasa Inggris) wafat... 

Beberapa waktu setelah wafatnya teman kami, ada berita duka lain (dari Elvia Kartikasari ketika aku di Denpasar, Bali mengikuti sosialisasi Reformasi Birokrasi Kementerian PU 25-26/11/2011) bahwa seorang guru kesenian kami, Bapak Koesno, wafat... 

Terima kasih, Para Guru terkasih, segala ilmu yang telah diberikan kepada kami telah mewarnai keindahan di dalam hidup kami. Semoga keindahan itu akan tetap menyertaimu selepas dari alam dunia ini bersama teriring doa-doa tulus dari murid-muridmu, amien... 
  
Alm. Bpk. Koesno (berdiri no. 3 dari kiri), saya berjaket kulit hitam paling kanan
Beberapa karya skesaku ketika di bawah bimbingan Pak Koesno:






Kematian demi Kematian

Teknologi informasi yang sangat modern kini merajalela hingga ke penjuru yang sangat pribadi, terutama  jejaring sosial. Saat suatu kejadian terjadi, saat itu pula datang informasi. Jejaring sosial kami berupa grup milist mulai dari teman almuni SMPN 1 Surabaya, alumni SMA Trimurti Surabaya hingga alumni Teknik Sipil ITS dan alumni ITS secara keseluruhan. Seneng bercampur sedih dan was-was ketika membuka dan membacanya.

Seneng ketika obrolan ngalor-ngidul apalagi lelucon menyegarkan, atau kabar kegiatan yang melepaskan penat rutinitas kerja seharian. Tapi, sedih dan was-was ketika masuk sederetan pesan milist berupa berita duka... Waduh, ini yang paling menyedihkan. Tapi yang lebih penting adalah ketika muncul sebuah pertanyaan, "Kapan giliran nama kita masuk pada list berita duka tersebut? Sempatkah kita membaca nama kita di berita duka kita sendiri?

Terasa sangat singkat ketika mengingat kematian demi kematian mulai menjemput keluarga, teman/sahabat dan guru-guru kami. Haruskah kita takut pada kematian? Sejauh manakah kematian akan menjemput kita? Dalam keadaan apa kita, ketika kematian itu menjemput? Sakitkah? Bagaimana alam kematian setelah jasad kita mati terbujur kaku dipendam di liang lahat?

Ya Tuhan,.............................
jadikanlah kematian demi kematian sebagai hikmah terbesar bagi kami yang lengah dan pongah;
jadikanlah kematian kami sebagai momentum terindah saat mengakhiri hidup di dunia nan fana;
ketika kami telah mencintai sepenuh hati dan jiwa ini kepada-MU dan Rasul-Mu,
ketika kami telah memahami makna sejati hakikat kehidupan dan kematian,
ketika kami telah menunaikan kewajiban-kewajiban kami sebagai hamba,
ketika kami telah "menyelesaikan hidup" sebelum mati itu datang...
Matikanlah kami dalam keadaan "sujud"...
=========================================================================

Tidak ada komentar:

Posting Komentar