Dari http://kampus.okezone.com/
DPR, Kau ini Bagaimana?
AWAL 2012, anggota dewan kembali menjadi sorotan publik. Bukan karena segudang capaian prestasi. Namun, lagi-lagi karena ulahnya dalam memboroskan anggaran negara. Misalnya, dana renovasi toilet gedung DPR sebesar Rp. 2 miliar, anggaran renovasi gedung DPR sebesar Rp. 500 miliar, anggaran renovasi ruang rapat Badan Anggaran (Banggar) sebesar Rp. 20,3 miliar, anggaran pembuatan kalender sebesar Rp. 1,3 miliar, dan anggaran vitamin untuk anggota DPR sebesar Rp. 1 miliar.
Ironis, di saat rakyat masih terjerat kemiskinan, uang rakyat justru dihambur-hamburkan. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) terakhir per September 2011, lebih dari 29,8 juta orang Indonesia masih dalam kondisi miskin. Sementara sekira 27,8 juta orang Indonesia berada dalam kondisi hampir miskin. Maka, sudah sepantasnya anggota dewan memperjuangkan hak-hak rakyat. Sebab, mereka sejatinya adalah representator dan artikulator dari kepentingan rakyat.
Terkait pemborosan anggaran negara oleh anggota dewan, menurut saya, ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Pertama, kekuasaan yang tinggi. Anggota dewan tak hanya berwenang untuk mengawasi pemerintah. Namun, mereka juga berhak menentukan alokasi anggaran negara. Dan, inilah yang kerap membuat anggota dewan pede untuk memboroskan anggaran negara. Oleh karena itu, membatasi kekuasaan anggota dewan, khususnya dalam fungsi penganggaran menjadi solusi strategis. Itu hanya bisa terwujud apabila ada upaya perubahan aturan main alias revisi Undang-Undang DPR.
Kedua, diskresi (keleluasaan bertindak) yang cukup tinggi. Tidak berbeda dengan poin yang pertama. Diskresi juga menjadi penyebab anggota dewan berlagak “semau gue”. Utamanya dalam urusan “utak-atik” anggaran negara. Dan, lagi-lagi membatasi ruang gerak anggota dewan menjadi suatu keharusan. Sebab, kita tak mau lagi melihat anggota dewan bertingkah “besar pasak daripada tiang” alias boros.
Ketiga, minimnya pengawasan. Buktinya, proyek renovasi gedung Banggar senilai Rp. 20,3 miliar lolos tanpa hambatan. Ironisnya, publik baru mengetahui proyek itu pada awal Januari 2012. Padahal, proyek itu sudah berjalan lama sejak Oktober 2011. Di sinilah peran media diperlukan. Pantauan ekstra dari media dan masyarakat menjadi suatu keharusan. Apalagi, saat ini tindak-tandukanggota dewan dari hari ke hari kian mbalelo.
Terakhir, saya ingin mengutip puisi karya K.H. A Mustofa Bisri (Gus Mus), "Aku kau suruh memilihmu sebagai wakilku, sudah kupilih kau bertindak sendiri semaumu, kau bilang kau selalu memikirkanku, aku sapa saja kau merasa terganggu, kau ini bagaimana?" (24/01/2012)
Fadri Mustofa
Mahasiswa Manajemen dan Kebijakan Publik
Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta
(//rhs)
***
Selama ini, entah sengaja atau tidak, entah sakit penglihatan, pendengaran atau penciuman, banyak oknum anggota DPR/D mencari pembenaran atas perilaku menyimpangnya. Mulai dari mobil mewah, kunjungan kerja dan berbagai fasilitas mewah yang justru kebanyakan menyakiti rasa keadilan rakyat. Bahkan untuk toilet pun, anggota DPR sepertinya tidak mau mencium bau busuk ketika BAK/BAB di toilet, sehingga rancangan toilet DPR harus mewah dan berbau wangi yang bisa mengalahkan bau busuk keringat, BAK dan BAB-nya... (mungkin juga untuk menglamufasekan perilaku busuknya juga, naudzubillahi min dzalik).
=======================================================================
Tidak ada komentar:
Posting Komentar