Jumat, 27 Januari 2012

Masjid dan Toilet

Gedung Sate, Bandung

KETIKA tugas belajar di Kota Bandung sekitar tahun 2002-2003, saya benar-benar menikmati chemistry Kota Bunga itu. Pemandangan alam sekitarnya indah (Lembang, Ciater, Punclut, Tangkuban Perahu dll), bangunan peninggalan zaman kolonial masih menawan (Gedung Sate, Asia Afrika, Dago dll), kulinernya juga beragam pilihan (batagor, tahu/mie bakso, dll), masyarakatnya yang ramah dan lain sebagainya.

Suatu hari, saya sedang berjalan-jalan di antara permukiman kampung di Kota Bandung. Tiba-tiba perut ini koq rasanya ada yang harus dibuang (baca: BAB). Kontan kepala saya celingak-celinguk kiri-kanan-belakang...biasanya tempat pertama yang dicari adalah masjid - meski sekedar numpang BAK/BAB. Satu-dua masjid memang ada, namun begitu melihat pintu pagar terkunci, waduh, sambil menahan sakit perut, saya berjalan cepat-cepat agak terhuyung-huyung, tidak ketemu-ketemu masjid untuk numpang BAB. Akhirnya dengan memberanikan diri karena paksaan perut dan hajat yang harus dibuang, saya masuk ke lorong kampung kecil, tepat bertemu di pintu belakang sebuah rumah penduduk yang sangat sederhana.

"Bu, maaf, boleh saya numpang ke belakang?"

Seorang ibu yang ada di dapur mempersilakan saya masuk kamar mandi / WC yang kecil dan agak gelap. Penerangan satu-satunya di kamar mandi / WC adalah dari genting kaca di atas yang tembus sinar matahari. Legalah perasaan saya begitu hajat BAB sudah saya tunaikan dengan baik.

***

Toilet Masjid Bagus...
Masjid dan Toilet, tampaknya suatu tema yang sangat sepele. Namun bagi seseorang yang sedang kebetulan mengalami "paksaan" BAB di tengah perjalanan, di perkampungan, hal itu adalah persoalan yang besar. Jika bermobil di jalan raya, di setiap SPBU hampir pasti disediakan toilet. Kalau berkendara pun untuk cari masjid di jalan rasa juga bisa dikebut dengan menekan pedal gas. Ini pernah saya alami ketika mudik Jakarta-Surabaya-Jakarta, bahkan numpang mandi di masjid yang terbuka pintunya juga pernah saya alami. Mudah memasuki masjidnya, numpang mandi, BAK/BAB atau numpang istirahat di beranda masjid yang sejuk dengan semilir angin. (Tetapi pada kesempatan itu saya juga menyempatkan sholat wajib/sunnah di masjid tersebut - sebagai rasa terima kasih, menajat doa di perjalanan dan lain-lain).

Jika yang dialami seseorang seperti yang saya alami di atas, berjalan kaki di perkampungan, jika kebanyakan masjid terkunci pintu gerbangnya... "rasa siksaan" itu sulit diceritakan.

Pintu masjid terkunci pasti ada pertimbangan dari pengurusnya, mungkin karena rawan pencurian dan lain-lain. Tapi jika mengambalikan masjid sebagai Rumah Allah, idealnya masjid itu terbuka, khususnya untuk tempat/ruang yang bersifat umum seperti kamar mandi, toilet/WC, beranda masjid dan areal parkir jika ada. Fungsi masjid tidak hanya untuk ibadah ritual. Fungsi masjid untuk istirahat, buang hajat dan lain-lain kegitan refreshing bagi musafir yang nampaknya ringan atau sepele sebetulnya sangat bermanfaat, melegakan dan membahagiakan bagi yang membutuhkan. Ini salah satu harapan dari kaum musafir kepada masjid (apa pun agamanya).

Inilah fungsi Masjid dan Toilet...
======================================================================= 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar