Rabu, 04 Januari 2012

Mari Berfilosofi dari... Kekosongan

PADA tahun 2000-2002, entah mengapa ada semacam "kekosongan kerja" di kantor (jobless). Tanpa menjabarkan berbagai masalah yang melatar-belakangi, sebagai penulis tentu saya mencari kesibukan dengan menulis. Dengan bantuan perangkat komputer dan koneksi internet, maka mulailah saya browsing ke alam mayapada tak terbatas ujung timur-baratnya. 
Apa yang harus saya tulis? Ternyata ide menulis artikel dengan topik tertentu mengalami banyak kebuntuan. Tidak seperti sewaktu di Surabaya yang mengalir ide-ide menulis dan dimuat di berbagai media lokal di Surabaya (Jawa Timur). Secara naluriah - di antara artikel-artikel saya yang telah dimuat dan bertema keagamaan - seakan membisikkan pada diri ini sebuah pertanyaan atau tawaran batin, "Mengapa tidak mengupas tuntas Kitab Tuhan?"

Maka saya bukalah website yang menampilkan al-Qur'an beserta teks Arabic dan terjemahannya. Hari demi hari kebanyakan saya manfaatkan dengan membaca arti dan tafsir al-Qur'an di internet. Kekosongan kerja itu saya isi dengan "mengaji mandiri". Saya juga memilah topik-topik yang berkenaan dengan kehidupan sehari-hari yang saya kaitkan dengan dalil-dalil yang ada di dalam al-Qur'an.

Untuk menjaga obyektifitas pemahaman, saya tentulah tidak mau terjerumus pada pemahaman yang dangkal apalagi sesat. Saya mengimbanginya dengan bermunajat pada Allah Swt, disertai ikhtiyar batin - seperti doa / zikir, sholat (wajib dan sunnah) hingga puasa (wajib dan sunnah). Salah satu doa / zikir menonjol yang saya ambil dari al-Qur'an adalah pada Surat al-Isra' atau QS. 17:80-81 terutama setelah sholat tahajjud.

Demikianlah kegiatan membaca, mengaji, menulis, berikhtiar akan pemahaman suatu fenomena, terus saya lakukan dengan kenikmatan sebagai penulis disertai ide-ide yang terkadang - bahkan seringkali - "sangat liar". Di dalam masa "kekosongan kerja" tersebut ternyata Tuhan "menyapa" dengan menghendaki saya "menyelami" makna ayat-ayatnya yang kelak terkumpul menjadi tulisan di dalam buku "Bacalah dengan Nama Tuhanmu yang Menciptakan..."

Pada suatu kesempatan di dalam rentang waktu 2000-2002 tersebut, ternyata ada ide ingin menulis artikel yang diinspirasi oleh Gus Dur (K.H. Abdurrahman Wahid) yang kala itu sebagai Presiden dan melantik para menterinya seraya berpesan melalui kata kunci "jujur" dan "sederhana". Tampak sekilas kedua kata itu sangat-sangat pendek, namun mengandung makna filosofi yang sangat-sangat luas dan dalam. Maka tertulislah artikel seperti di bawah ini:


Begitulah, dari "kekosongan kerja" (jobless) ternyata termanfaatkan dengan kegiatan lain yang justru lebih besar dan bermakna, mengilhami dan mendasari ide-ide atau pemikiran "liar" si penulis fakir ini pada jenjang perjalanan hidup berikutnya.

Berbahagialah bagi mereka yang dikaruniai kebisaan menulis dan seni, karena mereka takkan pernah merasa sendiri apalagi kesepian...

Terima kasih Tuhan, atas anugerah besar yang Engkau limpahkan kepada si fakir ini....
========================================================================

Tidak ada komentar:

Posting Komentar