Selasa, 10 Januari 2012

Definisi "BENAR" dan "SALAH"

SECARA agama, makna ke"benar"an amat jelas diuraikan QS. 2:147 dan QS. 10:94 yakni dengan kata kunci, "Kebenaran itu dari Tuhan, maka jangan termasuk orang-orang yang ragu". Tampaknya selugas itu. Sebagai analogi, pada uraian sebelum ini yaitu "da'wah profesi" terkait penerapan konsep profesi di dalam sistem manajemen infrastruktur tersebut, apakah orang akan semakin mantap dan yakin (tidak ragu) jika pembangunan infrastruktur menerapkan sistem ini?

Jika hendak berseloroh sekedarnya, apakah makna ke"salah"an bisa dianalogkan seperti ini, "Kesalahan itu dari manusia/setan, maka jangan termasuk orang-orang yang yakin". Dengan ungkapan sekedarnya ini, maka orang akan takut salah atau belajar dari kesalahan (?). Di dalam manajemen konflik atau manajemen krisis, hal ini tidak berlaku. Justru kebanyakan orang sukses karena belajar dari kesalahan...

Tuhan tidak akan sekaku perkiraan kita ketika menghukum orang yang salah. (Seringkali kita mempersonifikasikan Tuhan sesuai selera kita, sehingga kita seakan menjadi Tuhan melebihi Tuhan itu sendiri. Naudzubillahi min dzalik). Jika dalam keadaan terpaksa sekali, hukum kesalahan itu (haram misalnya) akan bisa menjadi benar (halal). Jadi sifatnya bisa situasional. Namun, kondisi ini pun jangan diada-adakan atau disengaja. Makna "berserah diri" sebagai bagian dari kebenaran itu bersifat apa adanya, jujur, lugas, adil dan ikhlas...

Jika makna "benar" dan "salah", dinarasikan sebagai berikut:

Seseorang yang benar-benar belum tahu hukum akan suatu masalah, maka ia tidak bisa dikenai status "salah". Namun, jika seseorang yang benar-benar paham hukum akan suatu masalah - jika ia tidak melaksanakan sesuai kaidahnya - maka ia bisa dikenai status "munafik".

Makna "benar" dan "salah" tersebut di atas sangat dinamis, terutama pada kalimat terakhir. Ini akan mencambuk diri sendiri untuk selalu (ingin) berbuat benar - karena takut termasuk kaum munafik yang dilaknati Tuhan seperti banyak dijelaskan di dalam Kitab-Nya. Dengan demikian, jika orang sudah benar-benar memahami dan menghayati definisi "benar" dan "salah" seperti di atas, ia akan selalu terdorong mengemban kebenaran yang sudah menjadi tugas, tanggung-jawab dan kewajibannya... termasuk kewajiban berda'wah.
========================================================================

Tidak ada komentar:

Posting Komentar